Friday, November 14, 2008

Shh..Ada Bahasa Yang Sedang Mati Dibunuh*)




Dari negeri jiran, ada sekumpulan esai yang konon penerbitannya diilhami saat sang editor melanglangbuana dan sempat tinggal di Indonesia. New Malaysian Essays 1 terbitan Matahari Books itu terdiri dari enam esai yang cukup bertenaga untuk membuat kita berpikir. Simak kutipan yang berikut ini misalnya:
Dilaporkan, setiap dua minggu satu bahasa akan luput serta merta dari muka bumi. Kaput macam itu sahaja. Dibunuh oleh orang-orang yang sepatutnya menjaganya, dimusnahkan oleh parasit yang hanya mahu mendapatkan keuntungan daripadanya..(Saharil Hasrin Sanin, Teroris Bahasa, h. 132).

Apa maunya cik Saharil? Dengan berani ia berkata di tulisan itu, "..saya mahu Bahasa Inggeris dikuasai tetapi tidak mahu ia diutamakan. Saya mahu bahasa ibunda digunakan untuk mendidik, dijadikan bahasa ilmu dan pengetahuan. Karena Allah SWT pun ada memfirmankan, bahawa, untuk mendidik dan membangunkan sesebuah masyarakat, perlulah dilakukan dalam bahasa ibundanya sendiri, seperti tercatat dalam surah Ibrahim ayat ke-4, mafhumnya:"Kami tidak mengutuskan seorang Rasul, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia menerangkan kepada mereka." (h.177).

Kalau lima esai lainnya di dalam buku itu ditulis dalam Bahasa Inggris, maka Teroris Bahasa ditulis di dalam Bahasa Melayu, kenapa? Antara lain karena sang editor angkat tangan, esai itu tidak bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Itu dahsyatnya.

Dahsyatnya lagi, Teroris Bahasa seolah menampar-nampari pembacanya yang mungkin fasih mensosokkan 'teroris' sebagai jaringan atau manusia dengan sejumlah karakter dan atribut tertentu, tapi justru lupa sama sekali soal potensi teror terhadap hal-hal yang lebih esensial, seperti teror terhadap bahasa itu tadi-padahal, pelakunya kemungkinan jauh lebih banyak, termasuk kita sendiri...
(Judul tulisan ini diambil juga dari esai Teroris Bahasa oleh Saharil Hasrin Sanin dari buku New Malaysian Essays 1, penyunting Amir Muhamad, penerbit Matahari Books, 2008, ISBN: 978-983-43596-1-4).






No comments: