Giliran para pengundang sayalah yang panik! Karena kalau mau dihitung-hitung, saya tinggal punya waktu kurang dari 10 hari, tapi belum punya visa selembarpun. Sementara, pihak pengundang sudah mengirimkan e-ticket saya yang bila dicetak panjangnya satu seperempat halaman A4 (Jkt-KL, KL-Amsterdam, Amsterdam-Vienna) pulang-pergi.
Panitia (P): Kita akan minta calling visa dari KBRI!
Saya (S): Gini, di internet saya baca sejumlah orang yang ditolak permohonan Schengen Visa-nya via Austria, termasuk Tim Olimpiade Matematika negara gue tau..Mereka jadi batal tanding di Slovenia!
P: Oke, berarti calling visa itu harus keluar hari ini juga. Malam ini waktu Jakarta!
S: Menurut kalian, secara besok itu kan Jumat ya, mendingan kemana? Kedutaan Slovakia duluan atau Austria duluan?
P: Slovakia, abis itu langsung drop semua berkas ke Kedubes Austria..
Saya (S): Gini, di internet saya baca sejumlah orang yang ditolak permohonan Schengen Visa-nya via Austria, termasuk Tim Olimpiade Matematika negara gue tau..Mereka jadi batal tanding di Slovenia!
P: Oke, berarti calling visa itu harus keluar hari ini juga. Malam ini waktu Jakarta!
S: Menurut kalian, secara besok itu kan Jumat ya, mendingan kemana? Kedutaan Slovakia duluan atau Austria duluan?
P: Slovakia, abis itu langsung drop semua berkas ke Kedubes Austria..
Bermodalkan calling visa dari KBRI kita di Bratislava, Jumat itu sayapun kembali 'setor muka' ke Kedubes Slovakia,
Pak Satpam (PS): Silakan ditinggal nanti saya sampaikan..
Saya (S): Saya mau nunggu aja..
PS: Tapi enggak mungkin ditunggu..
S: Kenapa enggak pak?
PS: Sebentar (memanggil seseorang via intercom)
Tak lama kemudian,
Ibu X (IX): Ada apa?
S: Saya harus ngurus visa hari ini..bla..bla..bla..
IX: Kenapa baru sekarang ngurusnya..
S: (mulai jutek) Bagian itu tanya ke yang ngundang bu..Itu ada undangannya..(dalam hati saya 'nyerocos', "Lagian gue kemaren kesini, bukan hari visa..")
IX: Oh, ini undangan dari Slovakia? Sebentar..(menghilang)
Tak lama kemudian ibu tadi keluar dengan atase bagian kebudayaan berbadan besar dan beraut wajah serius, khas Eropa Timur, sebut saja Pak X (PX).
PX: I just got to see the invitation. Sorry..
S: I guess you'd understand the whole situation by now Sir..
PX: I do. I'll get this done right away. Please come back at 2 pm.
S: I hate to impose on you Sir, but the Austrian Embassy closes at 12 pm..
PX: (sigh) I'll give you my word. I will place a call to the Austrian Embassy to make sure that they will proceed the visum on Monday and have it issued it by the time you leave..
Sayapun pergi dari situ. Dari dulu kebiasaan saya adalah tidak memberitahukan rencana kepergian sampai ada kepastian, jadi sampai saat itu kecuali dua orang kawan yang saya mintai surat (karena mereka punya kantor dan saya tidak, dan mengurus dokumen perjalanan dari negara kita lebih lancar bila kita 'berkantor'). Saya juga belum 'beres-beres'. Ngapain repot kan? Di hari Senin saya sudah 'setor muka' lagi di kedutaan Austria, berhadapan dengan mbak yang sama.
S: Bisa saya tinggal?
M: Sebentar (memeriksa kelengkapan dokumen saya), fotonya..
S: Kenapa?
M: Ukurannya ga pas..
Saya sigap mengeluarkan pas foto saya yang beraneka ukuran (2 x3, 3x4, 4x6, 6x6). Si mbak melihat sekilas, lalu menggeleng..
M: Harus 3.5 x 4.5
S:(thought voice) HWOOAAAAHHHHH!!!!
Bak tokoh film animasi saya jumpalitan ke tempat cuci cetak foto dijital, mencetak pas foto lagi. Dan dalam tempo sesingkat-singkatnya saya kembali lagi ke kedutaan Austria yang sudah nyaris 'tutup warung' siang itu.
S: Tahunya kapan kelar gimana mba?
M: Kami telepon..
S: Kalau belum ditelepon juga sampai hari keberangkatan?
M (lempeng):Coba aja mampir, sekalian bawa kopernya...
S(thought voice-kalap): ****!!!!!!!!!
Sampai sehari sebelum tanggal keberangkatan 'telepon sakti' itu belum kunjung saya terima. Dan saya juga tidak perduli. Saya tetap tidak niat 'beres-beres', dan tetap tidak memberitakan ke siapa-siapa, pokoknya semua berjalan seperti biasa. Sampai ketika hari itu menjelang siang, HP saya berdering, dari kedutaan Austria, Schengen visa saya keluar! Saya mengirim SMS ke para pengundang, lalu segera pulang ke rumah. Heboh mencari koper dan mengumpulkan pakaian yang akan saya bawa berangkat.... besok..yuu'
(Malam itu saya terima SMS dari para pengundang, mereka minum-minum karena lega akhirnya saya dapat visa. Mudah-mudahan birokrasi kita bisa segera lebih sederhana. Bayangkan kalau keribetan kita sampai harus membuat orang-orang masuk 'rehab' ? Dan sumprit saya mulai tengsin menggunakan kata 'inexplicable' tiap ditanya pihak pengundang manapun yang penasaran ingin tahu definisi/rincian beberapa urusan yang asli abstrak seperti 'what is fiscal?')
No comments:
Post a Comment