Monday, April 30, 2007

ASUMSI







Suatu saat segerombolan dokter muda yang tergabung di dalam kelompok nekat Medecins Sans Frontieres, menghabiskan malam pertama mereka di Afghanistan dalam sebuah tenda sambil diliputi ketakutan yang luar biasa. "Kami mendengar suara riuh rendah orang bicara sambil berteriak-teriak, dalam bahasa yang tak kami pahami sama sekali," demikian tutur salah satu di antara mereka. Ketegangan mereka bertambah ketika tenda mereka digoyang-goyang sejumlah orang dari luar, "Kami berasumsi, tak salah lagi, sebentar lagi pasti ada kerusuhan besar!" tambah yang lainnya. Dan sepanjang malam mereka terjaga dalam kengerian. Hingga pagi tak terjadi apa-apa, ketika tak terdengar suara apapun dari luar barulah para dokter itu memberanikan diri meninggalkan tenda. Ada secarik kertas bertuliskan pesan singkat dalam bahasa setempat, ketika penterjemah datang dan mengartikan pesan itu untuk mereka barulah para dokter paham apa yang sebetulnya terjadi tadi malam, rupanya para penduduk berpesta ria dan sebetulnya berniat mengajak mereka serta!

Lain Afghanistan lain Virginia. Virginia Tech akan selalu diingat sebagai ladang pembantaian tempat seorang mahasiswa asal Korea menghabiskan nyawa 32 orang beragam bangsa dan usia di kawasan kampus itu. Ikutilah reportase seputar berita ini, dan silakan bingung sendiri, kenapa perlu waktu begitu lama untuk membekuk seorang pembunuh amatir? Sampai dia sempat kembali ke kamar kosnya untuk mengisi ulang senjatanya dan kembali ke kampus guna menembak ulang para korbannya? Alasan salah seorang mahasiswa yang sempat mendengar suara tembakan beruntun tiga kali di kejauhan, "Asumsi saya, bisa saja itu suara angin yang kebetulan hari itu berhembus kencang.." Laporan saksi lainnya, "Ada dentuman keras dari kamar tak jauh dari kamar kos saya di asrama, tapi asumsi saya, itu mungkin karena pintu dibanting oleh seorang mahasiswa yang sedang bete." Seorang veteran FBI yang belakangan ikut menangani tragedi ini dengan muak berkata, "Assumption is the mother of all f**k ups!" Dia tidak bicara kasar tanpa alasan, tapi itulah ajaran FBI yang harus ngelotok di benak seluruh jajarannya.

Sudah terlalu banyak tragedi yang berawal dari asumsi. Juga terlalu banyak generalisasi yang lahir dari asumsi. Masalahnya dengan asumsi adalah, dia tak pernah bisa jadi basis yang kuat untuk membuat seseorang sampai pada kesimpulan yang tepat, boro-boro bisa mengantar siapapun untuk melakukan tindakan yang benar. Pelajarannya? Haramkan asumsi!

No comments: