Kalau Anda mampir di Pusan (45 menit penerbangan dari Seoul) hari-hari ini (12-20 Oktober 2006), suasana perayaan Pusan International Film Festival (PIFF) ke-11 akan terasa di mana-mana. Di kawasan pantai Haeundae, tampak sejumlah baliho, poster besar, sederetan booth, panggung, gapura, dan sebuah konstruksi knocked-down yang difungsikan sebagai kantor PIFF. Ribuan partisipan festival berlalu-lalang dalam beragam bahasa, menyatu dengan para penduduk lokal yang juga pecinta film. Sepanjang festival berlangsung, hanya ada satu bahasa yang mendominasi khalayak yang tumpah ruah di kawasan Pusan: bahasa film.
Dalam hitungan hari, sejumlah besar tiket habis terjual. Harga tiket untuk pertunjukan biasa berkisar 5000 Won (sekitar Rp. 50 ribu), sementara tiket untuk malam pembukaan terjual tuntas dengan harga 250.000 Won (Rp. 2.5 juta!). Bila Korea berambisi menjadi pusat perfilman Asia, rasanya bukan tak mungkin. Simak kerumunan orang yang berlari-lari sambil berteriak dengan antusias mendukung pemutaran film pembukaan festival (sebuah film Korea) di Open Cinema! Pemandangan serupa di tempat lain lebih lazim terlihat saat pertandingan sepak bola.
Dahsyatnya, meski Bahasa Inggris bukanlah bahasa kedua di Korea, sepanjang festival berlangsung para panitia tampak sangat siap mengatasi beragam urusan yang menyangkut kenyamanan para tamu festival yang berjumlah ribuan itu. Bila Anda menonton di Open Cinema yang berukuran sebesar stadion itu misalnya, tiap kali ada tamu yang bertanya di mana letak toilet, dengan sigap salah seorang staff akan mengantar ke lokasi toilet, menunggu, dan mengantar tamu kembali ke kursinya.
Catatan:
Foto-foto di seri ini diambil di lokasi dengan Moka sebagai model. Tadinya Moka tidak punya nama, karena dia tidak perlu surat jalan/kelakuan baik/KTP/Passport, tapi lantas ada teman saya yang bertanya siapa nama 'model' saya. Dan jadilah dia bernama Moka. Geto..
No comments:
Post a Comment