Monday, September 25, 2006

What's The Rush?
















Alhasil, jadilah saya orang Jakarta sorangan asli di Makuhari (terletak di Chiba, nyaris dua jam dari Tokyo Pusat). Ada sutradara Iran yang berpembawaan elegan, Ali Raffi. Beliau sudah berusia kepala enam, dan "The Fish Fall In Love" adalah film pertamanya. Sebuah film yang hangat, penuh warna dengan karakter yang utuh, juga sentuhan humor yang belum pernah kita lihat di film-film Iran yang biasanya menyajikan landscape selain tentunya penderitaan. Bicara dengan beliau sangat mengesankan. Ali Raffi menghabiskan 40 tahun lebih kehidupannya di Eropa, di Perancis beliau pernah berkarir sebagai sutradara teater. Kami salut dengan kegigihan beliau untuk beralih jadi sutradara film di usia yang tak lagi muda. Tapi buat beliau perubahan bisa jadi kapan saja, dan memulai sesuatu yang baru bukanlah ditentukan oleh usia. Luar biasa.

Ada Huang Yu-Shan (sutradara), Tom Shu-Yu Lin(sutradara) dan Mr. Feng (produser, dan ini nama kecil lho, bukan formal) dari Taiwan. Yu-Shan pembawaannya tenang, mengingatkan saya pada Nan Achnas. Yu-Shan adalah sutradara film "The Strait Story", sebuah film cantik, telaten dan romantis yang diilhami kisah ayahanda Yu-Shan. Sutradara wanita ini tadinya adik kelas Ang Lee di NYU. Tom adalah sutradara muda yang sampai hari ini masih mau menjadi Astrada Tsai Ming Liang. Lalu ada Sid Lucero (aktor), Angel Aquino (aktris), Adolfo Alix (sutradara/penulis), dan Ricky Gallardo (produser) dari Filipina. Dari Korea ada sutradara film "Peter Pan Formula", Cho Chang-Ho, yang sebetulnya ramah tapi hanya berbahasa Korea dan selama di Jepang didampingi penterjemah Jepang-Korea-Jepang, jadilah si mas Chang-Ho ini hanya bergaul dengan penterjemahnya dan seorang sutradara Jepang yang kocak Ota Takafumi. Masih untung Ota bisa bahasa Inggris.

Untuk festival sekecil itu Makuhari 'gebyar' among tamu. Setiap tamu bisa punya dua pendamping, untuk meyakinkan kami tidak kesasar (!) atau terlambat datang ke acara. Di hari kesekian, tentunya para tamu sudah mulai terampil mengelabui among tamunya. Setiap malam, usai makan malam kami akan belagak bubar, lalu ngumpul lagi di sebuah kedai sake dan ngobrol sampai pagi. Ini enaknya festival kecil, semua peserta bisa jadi akrab. Kami ngobrol banyak hal, mulai dari makanan, minuman, film tentunya, dll. Lalu mereka minta diajari kalimat yang khas Indonesia. Saya berpikir sesaat lalu bilang, "Kok buru-buru?" Apa tuh artinya tanya mereka? Saya bilang, "What's the rush?" Ini adalah ekspresi khas bangsa saya tercinta kalau lawan bicara kelihatan resah, soalnya kami suka ngobrol kata saya. Teman-teman baru saya tertawa dan bertepuk tangan sebelum kemudian bersulang sake yang a la maaaakkk nendangnya!

Hari-hari berikutnya para among tamu lah yang dibuat mau gila, karena teman-teman saya jadi suka mencandai mereka. Tiap kali mereka menghalau kami untuk buru-buru, para among tamu diganjar dengan pertanyaan, "What's the rush?" dalam beragam bahasa...














No comments: