Wednesday, September 27, 2006

So(a)l Sepatu..















Persentuhan awal saya dengan sepatu 'tidak cantik' yang terbuat dari kulit, bertali dan bersol karet/kulit mentah terjadi waktu saya masih kecil. Saat itu badan saya yang compact (baca: gemuk dan pendek, secara sekarang pun tinggi total saya cuman 160 cm) tiba-tiba mental dari ayunan akibat ditendang seorang anak menyebalkan bernama sebut saja 'Little Hitler' . Jadi, siang itu saya pulang untuk lapor ke ayah dengan harapan beliau akan mengambil alih urusan si 'Little Hitler' sialan itu. Ayah saya eksentrik tapi super logis, beliau menanyakan kronologis kejadian lalu mengajak saya ke...toko sepatu.

Di toko sepatu itu ayah tanya ke saya, "What kind of shoes did he have?" Saya menunjuk ke deretan sepatu 'tidak cantik'. Ayah memperhatikan bagian sol sepatu, mengangguk, meminta nomor saya pada si penjaga toko, langsung memakaikan sepatu itu ke saya. Kami pulang berjalan kaki, melewati taman di mana 'Little Hitler' masih meraja-lela memonopoli ayunan yang dikudetanya dari saya, ayah menatap saya dengan wajah lempeng dan bilang, "Kick his butt. Now." Dan itulah yang saya lakukan, tentunya. Sejak hari itu, tiap kali saya melewati taman dengan sepatu 'sakti' saya, siapapun yang sedang main ayunan melipir, termasuk.. 'Little Hitler'.

Setelah mulai kerja saya malah punya kebiasaan untuk pakai sepatu bersol kulit mentah yang agak keras kalau harus meeting dengan orang yang menjengkelkan. Tenang, setelah 'Little Hitler' saya tidak pernah menendang siapa-siapa, tapi secara psikologis saya merasa terbantu kalau mengenakan sepatu yang saya yakini punya 'kekuatan' bila diperlukan. Sampai sekarang kalau saya harus pakai sepatu 'sok cantik' saya suka cengar-cengir sendiri sambil membatin dalam hati, "If I have to kick some butts today, these shoes wouldn't do the job.."


















No comments: