Tanggal 2-8 Juli 08, sejumlah remaja dari beragam tempat yang jarang kita dengar keberadaannya (karena belum jadi sasaran infotainment), berkumpul di dusun Tembi, Yogyakarta. Yang bukan remaja lagi juga ada di sana dalam beragam kapasitas (fasilitator, mentor, panitia, dll). Saya beruntung ada di sana (kalau mau ngaku jadi salah satu mentor kok kedengarannya kelewat akademis, jadi sebut saja sebagai 'pawang' kali ya?) dan berbagi sejumlah catatan dari hasil mencuri dengar beragam cuplikan keseharian para remaja itu.
Di antara para peserta, ada yang datang dari kedalaman rimba pemukiman suku Anak Dalam (Jambi). Apa uniknya jadi remaja di sana? Kalau kita tanyakan pada Bekinnya (19 tahun) ia berkata ada dua hal yang kerap membuatnya jengkel. Yang pertama? "Kalau ketemu beruang! Kadang-kadang bisa beberapa kali sehari kak!" Bagi yang biasa pulang sekolah dan mentok di tingkatan takut dicegat preman, tentunya sulit membayangkan apa jadinya kalau dicegat beruang! Solusinya? "Kita harus menangis keras-keras! Karena beruang takut sama suara kambing, jadi kalau kita menangis keras-keras biasanya dia pergi."
Buat Bekinnya 'runner-up' pembuat bete adalah landak. Kenapa? "Karena landak nakal! Dia suka makan periuk (dandang pemasak nasi)." Tapi, bukannya masih mending landak dibanding beruang? "Siapa bilang? "Pernah juga kami lagi duduk-duduk di gubug, eh, gubug kami rubuh digigit landak.."
No comments:
Post a Comment