Monday, September 10, 2007

Suara Satu Generasi: Menunggu Beau..












Apa sih yang bisa diberikan TV kepada generasi muda? Barangkali tergantung siapa yang nonton! Jangan percaya pernyataan gerombolan artsy-fartsy yang mengklaim dirinya intelektual dan cuman mau baca buku serta menolak televisi, please deh.. Televisinya enggak salah apa-apa lagee, pilih duongs isinya! Dimana-mana medium itu enggak pernah salah, tergantung si penggunanya gimana. Kalau si pengguna punya isi-dia pilih tontonan berisi, kalau tontonan enggak berisi-tapi penontonnya berisi, dia akan memproses tontonan itu jadi sebuah 'isi' yang bisa dilempar ke khalayak lain buat diajak mikir. Dan itulah yang dilakukan salah satu penyair idola saya saat ini, Beau Sia (31 tahun), penyair Amerika keturunan Cina yang dapat ilham setelah nonton acara MTV Spoken Word Unplugged.

Sebelum ia jadi penyair, Beau Sia bergulat dengan masalah identitas seperti banyak warga turunan pendatang lainnya. Ketika ia bisa melihat identitasnya sebagai sesuatu yang harusnya dirangkul, Beau Sia pun 'merekam' dan menyuarakan apa yang dirasakan dan dilihatnya sebagai gambaran dari generasinya. Ia cenderung menggunakan kata-kata sederhana, mudah dipahami, namun tetap dengan makna yang dalam. Puisi yang kerap dibawakan dengan gaya hip-hop ini, bisa nyeleneh, bisa ngeledek, tapi tetap akurat menggambarkan kekinian, simak bagian dari puisinya, Generations of Lost Angels Found (2003),

I'd conjure howard zinn,
But
You'll just have to settle for me.


Not to re-write history,
Not to erase history,
Not to create a history,


To make you feel bad about yourself,


But to ask that
We become involved with history.

That we release ourselves from judgements
Of good
And evil,


That our past does not bind us
To its time.
That it only helps us
To grow in ours.


Beau Sia juga dengan tajam mengamati betapa kita hidup di masa yang serba tak sabaran, dan hanya mau tahu yang serba kini. Masih dari puisi yang sama ia bilang,


Our culture is obsessed
With the moment,

That we often see the next moment
Before the one
We are in is over,


Beau Sia pun berdamai dengan asal-usulnya dengan bilang,

And we must never forget
Where we might've come from,
What
We might've gone through,


And
Who we might've been
To the rest of the world,

Given the circumstances.

Because history is more
Than remembering the structures.


It's carrying the moments
And the people with you
On your journey through life..

Puisi dahsyat ini hanya saya ambil cuplikannya sebagai pancingan agar siapapun yang berminat bisa mencoba mencari sendiri..(tolong jangan juga 'cut and paste' dari halaman ini buat di-forward ke tempat lain, seperti yang terjadi waktu saya nulis soal Ithaca Pray).. Sementara itu saya kerap berpikir, kenapa di tengah hujan chick lit/teen lit seperti saat ini belum ada yang cukup 'terganggu' untuk bertanya, masak sih di Indonesia kita enggak punya satupun Beau Sia? (Ralat dikit, dulu kita punya Wiji Thukul, yang lebih 'raw' dari Beau Sia..) Apa iya enggak ada pertanyaan soal identitas? Apa iya semuanya serba happy? Apa iya problem anak muda cuman seputar jatuh cinta/patah hati/jerawat/berat badan/prom night? Apa ini berarti chick lit/teen lit itu bukan fiksi? Jujur saja kalau ternyata CL/TL itu biografi, mampuslah kita! Mudah-mudahan kita masih menunggu..
























No comments: