Konon, kalau punya niat baik, jangan ditunda-tunda. Misalnya, dalam kasus kita seharusnya menyelesaikan tanggung-jawab, ya tuntaskanlah secepatnya. Barangkali anjuran orang-orang 'jamdul' ini ada benarnya. Karena, makin lama (atau makin 'umur'), kita akan makin paham pola kerja sebagian orang yang kerap menjalankan 'strategi' 3-D, alias delay, deny, and defense.
Cirinya biasanya begini, kalau 'ditagih' orang ini akan mencoba terus menunda dengan beragam alasan, "...aduhh jangan sekarang deh, gue lagi ribet," atau, "..oke, besok ya?" (tapi 'besok'nya dia itu setiap hari). Begitu kita konfrontasi, karena sudah enggak kuat menunggu, orang ini akan menjalankan 'd' yang kedua alias deny alias 'ngeles', misalnya, "...ya, amppunn gue udah inget tuh tadi, tapi tiba-tiba.." (fase ini kerap diikuti tahap 'menghilang', enggak jawab telepon, e-mail, dll). Nah, kalau 'd' yang ini sudah enggak mempan, keluarlah 'd' yang ketiga alias defense, contohnya, "....abis elo sih nagih-nagih melulu! Cara elo tuh enggak asik tahu enggak? Masak enggak percaya sama gue?" Asik kan? Kok, jadinya kita yang salah ya? Selesai kah masalah? Tentu tidak. Jangan heran kalau dalam perkara besar ada yang bisa menuntut para penganut paham 3-D ini sampai ke pengadilan! Serius.
Intinya, supaya enggak masuk grup 3-D, janganlah membuat hidup jadi lebih ribet. Sederhana kok, kalau punya tanggung-jawab-ya, kerjakan. Kalau enggak ngerti, tanya. Kalau salah, minta maaf. Salah kok gengsi? Hari gini getoo lhoo??
(BTW, istilah 3-D ini kerap digunakan jurnalis CNN favorit saya, Anderson Cooper, buat menggambarkan sejumlah narasumbernya yang jago berkelit.)
1 comment:
Kalau di Indonesia (mungkin) bisa ditambah 1 lagi Mbak, jadi D3K:
delay, deny, defense, kaburrr...
:) :)
Ah, hidup di sini memang harus humoris, bukan begitu?
-JJ-
*yang lagi kesel sama orang yang paling hobi bilang "gampang, ntar yah" dan ketunda sampai besoknya, terus tiba2 dia NGILANG begitu aja, padahal deadline menanti!*
Post a Comment