Satu minggu belakangan ini ada beberapa kisah nyata yang menakjubkan. Yang pertama, soal selamatnya rombongan dr. Juliana, kepala dinas kesehatan yang bertugas di Ambon sana. Perahu beliau diterjang badai sekitar tanggal 1 Maret silam, dan setelah terombang-ambing selama 15 hari, dr. Juliana dan rombongan selamat!
Yang kedua, ini saya peroleh dari cerita teman saya sendiri. Alkisah, pamannya teman saya itu adalah salah satu korban yang berhasil selamat dari ledakan pesawat Garuda di Yogyakarta beberapa waktu silam. Profesi pamannya teman saya itu adalah seorang dosen tamu yang mukim di Jakarta. Ceritanya, ketika pesawat terhempas dan api mulai menjalar, bapak dosen ini refleks melompat keluar jendela. Beliau terjatuh di atas salah satu sayap pesawat, dari situ beliau berlari ke jalan besar, menghentikan kendaraan umum, menuju kampus, dan tetap memberi kuliah! Usai mengajar, beliau baru tersadar untuk mengabari keluarganya di Jakarta, namun hapenya hilang entah dimana, akhirnya ia kembali ke bandara dan naik pesawat untuk pulang ke Jakarta. Tentunya di saat yang bersamaan, sejumlah orang bingung mencari keberadaan pamannya teman saya ini, sehingga nama beliau sempat tercatat sebagai salah satu 'korban hilang'.
Satu kesamaan dari dua cerita di atas adalah, 'keajaiban' itu dialami oleh sejumlah manusia yang punya dedikasi luar biasa pada pekerjaan mereka. Dan, dari peristiwa-peristiwa langka macam ini kita masih layak percaya bahwa fungsi kata 'harapan' itu bukan cuma sebagai bagian nama resto Padang semata..
No comments:
Post a Comment