Saturday, February 24, 2007

Potret di Alun Alun Selatan

"..malahan ada yang jualan album foto kawinan!" cerita teman saya malam itu. Kami sedang makan di sebuah warung di sudut kota Yogyakarta. Itu hari kelima saya di sana, dan sampai hari itu saya belum sempat mampir ke Alun Alun Selatan. Beberapa kali cuman numpang lewat. Minggu itu, saya dan beberapa kawan berkeliling ke beberapa kabupaten, memberi pelatihan di lima SMA. Tapi urusan ada yang jualan foto di Alun Alun Selatan itu buat saya luar biasa menarik. Apalagi kalau ada yang mau beli. Iya kan? Foto kan bagian dari kenangan yang sifatnya pribadi?


"..aku pernah lihat ada foto cowok era 70'an. Dan di belakang foto itu ada tulisan, "Selamat tinggal Padang," cerita kawan saya lagi. Foto lainnya yang pernah dilihat kawan saya di sana adalah foto seorang gadis yang diambil pada era 60'an, dengan tulisan, "Boleh dibuang kalau sudah tak sayang." Saya ketawa. Saya bilang, "Gilingan, berarti cowoknya memang bangsat! Fotonya bukan cuman dibuang, malah dijual!"
Besok paginya saya ke Alun Alun Selatan, sayang hari itu tak ada satu pedagangpun yang berjualan foto-foto lama. Saya malah menemukan sejumlah kunci antik yang bakal saya jadikan bandul kalung. Si penjual, seorang bapak berusia cukup lanjut bilang, "..sebetulnya sama toh mbak? Foto sama kunci tua? Dua-duanya dulu ada yang punya.." Dia benar.

1 comment:

Jenny Jusuf said...

Mbak Prim..

Yang '300 rebels with a clear cause' kemana?? Dihapus ya? Di-post aja Mbak, biar kami-kami yang notabenen orang awam ini punya 'alternatif' untuk 'mikir sebelum ngomong'...